Hosting Indonesia
27 Agustus, 2013

1. Elvira Khairunnisa

Twitter : @ElviraKhai


Pernah menjadi guru Bahasa Inggris, tapi akhirnya ‘terdampar’ sebagai jurnalis. Itulah Elvira Khairunnisa, yang sejak kecil tak memimpikan sebagai seorang presenter.
Sejak kecil, lulusan Sastra Inggris Universitas Negeri Medan ini justru tertarik bidang seni. Namun begitu kuliah, minatnya ke seni lebih fokus ke teater dan seni tradisional. Prestasinya lumayan, karena Elvisa dipercaya sebagai salah satu mahasiswa yang mewakili Sumatera Utara dalam festival teater antar universitas se-Indonesia.
Selesai kuliah, Elvira malah belok terjun sebagai jurnalis. “Awal mula tertarik menjadi jurnalis karena senang jalan-jalan dan bertemu banyak orang,” kata anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran Lhokseumawe itu. Pengalaman yang paling berkesan, ketika meliput bencana tsunami Aceh pada 2004.
Elvira, yang kini menjadi asisten produser itu, pernah bekerja di TVRI sebelum akhirnya bergabung dengan tvOne pada Juli 2007.




2. Dewi Budianti

Kalau umumnya anak kecil bercita-cita jadi dokter atau insinyur, tidak demikian halnya dengan Dewi Budianti Tirtamanggala. Sejak kecil, Dewi sudah berangan-angan jadi seorang jurnalis atau presenter. Setiap menonton televisi, ia begitu terpaku melihat presenter berita yang menurutnya mewakili gambaran sosok yang cerdas dan menginspirasi banyak hal.
Angan-angannya sebagai presenter berita mulai terkuak, ketika ia diterima sebagai penyiar radio Yasika FM Yogya pada 2002. Ketika itu, gadis berdarah Jawa-Sunda ini, masih duduk di kelas III SMA di Yogya. Untuk mewujudkan cita-citanya sebagai jurnalis, selepas SMA, gadis kelahiran Bandung 29 September 1985 itu, mantap memilih jurusan Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial & Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ketika mahasiswa, aktivitas Dewi bukannya surut, tapi justru bertambah. Apalagi ketika ia berhasil lolos tes presenter yang diselengarakan JogjaTV. Pintu menuju kursi presenter pun terbuka. Disinilah awal karir Dewi sebagai presenter. Selain membawakan berita, ia dipercaya pula mengasuh acara remaja Zodiak, dan acara musik Kidung Memory.
Di sela-sela aktivitasnya sebagai seorang presenter, pengagum sosok Jendral Sudirman itu juga menekuni dunia model. “Saya senang berekspresi lewat fotografi,” tutur gadis berhidung mancung ini. Aksi Dewi di depan kamera sebagai model, bisa dinikmati di sejumlah majalah ibukota. Dewi juga sempat berakting lewat layar kaca sebagai pemain film (FTV).
Selepas kuliah, Dewi tetap memilih karir sebagai jurnalis bukan pemain sinetron. Ia sempat menjadi pembawa acara di TVRI, sebelum akhirnya bergabung dengan tvOne pada September 2008. Pengalaman tak terlupakan adalah ketika Jakarta dilanda banjir pada November 2008. Untuk pertamakalinya ia diberi tugas meliput banjir secara ‘live’ di Kampung Melayu. “Kertas catatan saya jatuh di lumpur, dan saya pun ikut kecebur di situ,” katanya mengenang. Untunglah Dewi sudah punya jam terbang, sehingga bisa langsung melakukan improvisasi.
Dewi mencintai profesinya. Ia selalu tertantang untuk mencoba hal-hal baru. “Di dunia jurnalistik saya belajar banyak hal yang dulu tidak pernah terpikirkan sama sekali,” ujar penggemar musik jazz ini.
Di hari-hari senggangnya, Dewi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton film dan melalap isi buku apa saja. Kristine Carlson menjadi penulis favorit Dewi, terutama yang berjudul: Don’t sweat the small stuff for woman. “Tulisan itu mampu menyeimbangkan jiwa dan psikologi kita,” ujar anak ketiga dari tiga bersaudara yang cukup lama tinggal di Magelang dan Yogya itu.


3. Nane Nindya

Penampilannya kalem dan lembut. Tidak salah kalau banyak yang mengira Nane dari Solo, sebuah kota yang identik dengan wanita lemah gemulai. Padahal Arianne Nindya Rastri –nama lengkap Nane— asli Surabaya (walaupun lahir di Malang).
Sejak kecil, Nane yang punya hobi mencoba resep masakan baru dan mengoleksi boneka sapi itu sudah bercita-cita jadi presenter. Tidak heran, jika penggemar musik jazz dan R&B kelahiran 17 November 1984 itu, rela meninggalkan kuliah di Teknik Kimia dan nekad pindah jalur masuk ke Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, demi mengejar cita-citanya sebagai seorang reporter.
Cita-citanya mulai berbuah, ketika ia diterima sebagai reporter dan penyiar radio swasta My Radio di Surabaya. Ketika JTV Surabaya (2004) mencari presenter, ia pun mendaftar dan lolos. Bertahan dua tahun, Nane pun memutuskan pindah ke Jakarta dan bergabung dengan tvOne sejak Agustus 2007.
Nane dikenal banyak memiliki kegemaran. Tidak sekadar memasak, Nane juga suka menari dan menyanyi. Koleksi DVD-nya se-abrek. Maklum, hampir setiap muncul DVD baru (film dan musik), ia beli. “Banyak beli tapi gak tahu kapan nontonnya,” ujar Nane, tertawa.
Ada hal lain yang bagi orang lain mungkin dianggap aneh, karena Nane ternyata suka dengan hujan. “Entah kenapa suka sekali dengan hujan, terutama bau tanah sehabis hujan,” katanya.

4. Winny Charita

Winny Charita termasuk generasi produk tvOne. Walaupun sebelum bergabung dengan tvOne pernah berkarir di Jawa Pos Media TV, namun lulusan Fakultas Ekonomi UNAIR itu merasa tvOne telah membuka matanya lebih luas untuk mengenal dunia broadcast.
Gadis kelahiran Jember 23 Maret 1985 ini memang lulusan Kampus One (angkatan ke-2), yang di wisuda Januari 2010. Kampus One, merupakan lembaga pendidikan internal tvOne. Di kawah candradimuka inilah, calon reporter tvOne dididik secara ketat selama 6 bulan. Mereka belajar tehnik pengambilan gambar, interviu, membuat naskah, dan lain-lain.
Winny yang pernah menjadi finalis JTV Presenter 2007 di Surabaya dan anggota Paskibraka Jawa Timur itu, merasa telah menemukan dunianya yang baru sebagai seorang reporter. “Reporter as be me. Alhamdulillah enjoy melakukan pekerjaan ini. Ketertarikan terhadap news membuat aku semakin semangat,” ujar Winny.

Sumber : TvOne

0 comments:

Posting Komentar